Secara garis besar Taman Pemakaman Wakaf (TPW) ini, kita singkat dengan Makam Kamboja merupakan lahan wakaf peninggalan leluhur penduduk setempat (Jakarta – Betawi.Red) pada masa lalu. Dan,  merupakan salah satu situs bersejarah di DKI Jakarta.

Ini ditandai dengan keberadaan makam – makam tua yang bertuliskan nama – nama orang tua terdahulu. Dapat dilihat bahwa nama – nama tersebut merupakan Alim Ulama, Tokoh Masyarakat dan bahkan penguasa daerah tertentu (dahulu disebut dengan nama Bek._Red) secara turun menurun atau sering disebut dengan Jawara (Pejuang asal Betawi).

Malah beberapa batu nisan itu sudah tinggal batu tanpa ada tulisan di atasnya.

Pada tanggal 4 April 2017, dengan kesepakatan para alim ulama, tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar Makam Kamboja, terbentuklah Yayasan Taman Wakaf Kamboja secara resmi dengan keluarnya akte Yayasan. Sampai saat ini telah mengalami beberapa pergantian kepengurusan, khususnya KETUA UMUM.

Kepengurusan Yayasan Taman Makam Wakaf Kamboja didasari sukarela, sebagi khidmah kepada para leluhur dan keluarga yang telah meninggal dunia, yang jasad mereka terbaring di bawah tanah Taman Makam Wakaf Kamboja.

Terdapat perbedaan antara TPW dengan TPU;  TPU adalah Lahan Pemakaman Umum yang dikelola serta dibiayai oleh Pemerintah Daerah (Otonomi daerah tertentu). Sedangkan TPW adalah lahan wakaf yang tidak ada bantuan dari pemerintah Daerah, tetapi dana pengelolaan di ambil dari infak AHLI WARIS dan sumbangan sukarela yang tidak mengikat.